Wednesday, 26 November 2014

With My Pleasure!

"Untuk beberapa saat, aku merasa jantungku ingin meloncat keluar dari rongga dadaku. Aku takut, aku senang, aku sedih, dan aku merasa buruk juga baik, untuk waktu yg singkat. Dan anehnya perasaan itu datang bersamaan.

Aku tidak memahami kedatangan mereka, yang membuat waktuku terasa berhenti. Membuat pikiranku berputar-putar yang hanya selintas satu nama, juga satu warna. Kelabu. Hanya saja, aku tidak menolak mereka. Aku memberi hatiku untuk mereka isi, sepanjang waktu itu. Lalu akhirnya, kupikir aku bahagia, tapi aku menangis. Kupikir aku terluka, tapi senyuman terukir tulus.

Aku tidak memahami hadirnya yang mendatangkan mereka. Aku tidak mengerti datangnya yang membawa mereka merasuki rongga dadaku. Tepatnya, aku tidak berusaha memahami. Atau mungkin aku berhenti mengerti? Aku tidak mengetahuinya dengan pasti.

Aku hanya ingin dia datang, lalu selang beberapa saat dia pergi. Aku menyukai dia yang singgah mengucapkan, "Hello !!", lalu setelah itu pergi setelah mengatakan, "Good bye!". Aku tak berniat meminta dia mengisi kekosongan ini. Akupun tak ingin dia menetap. Karena dia bukan siapa-siapa dengan apa-apa. Dia hanya orang asing, yang kebetulan dipertemukan denganku selang beberapa tahun."

WITH MY PLEASURE !
tulipungu/00.00/15/11/2014

Berkas Kata

http://gambardanfoto.com/wp-content/uploads/2013/11/gambar-lukisan-pensil-3d-anak-menangis.jpg
Pada akhirnya catatan kusut itu, kembali kunodai. Beberapa tetes tinta, untuk mengungkapkan beberapa majas sarkasme. Marah pada diri sendiri yang merengkuh pada Litotes. Awalnya aku tak menyadari. Betapa indahnya awan jingga, sore itu. Aku mengabaikannya, dan iri pada wajah bulan berseri, yang muncul dikala petang hilang. Aku berseteru dalam gumaman hati juga pikiranku.

Dia bukan hal yang bisa kuanggap sepele. Dia juga bukan sosok yang ada, dengan malangnya jatuh dalam kehidupanku. Aku bimbang, dan mengutamakan hal yang memenuhi kraniumku. Aku bodoh. Sekarang, mungkin lebih keras dari sifatku, aku jatuh. Aku yang mungkin sudah tiba di tepian puncak, jatuh dan berlutut di kaki gunung. Aku tak memahaminya.

Sekarang, untuk apa aku? Dia bukan suatu hal yang sepenuhnya milikku. Dia milik semua orang. Aku mungkin saja, aku ingin jadi satu-satunya. Tapi, apa? Dia jauh dariku, dan ada orang lain yang lebih dekat.  AKU HANYA BISA BERGUMAM.

Pada dia, Sang Ambisi.
(Tulipungu/00.32/11/11/2014)

Gadis Boneka

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6dUx_ygZSCDvhyOAiVlkIpiQcTCsLooJ9XcL_8XOsG9P3fmLErV6AxNU5mHMoZddJN-oK5dbtYBsVORQM1a9VfAvMbD1QGZWkVjWJiSlzuNjKrklbY8dDrG6oTc0veGZ4nX7OAQgUfXaX/s1600/lukisan-pensil-wajah-gadis-kecil-lucu5.gif
Tawa yang tak lekam dari lekuk wajah.
Mata memancarkan sinar begitu indah.
Suaranya terdengar semringah.
Dia ada hanya untuk dipandang sebelah.

Mata menatapnya sayu.
Hati menilainya pilu.
Tubuh menganggapnya benalu.
Semua orang mengangguk setuju.

Siapalah dia?
Dia tak memiliki otak untuk memikirkannya.
Dia begitu bodoh untuk menilainya.
Dia tak punya tenaga untuk melawannya.

Dia tersenyum penuh arti.
Meski dianggap tak berarti.
Dia berdiri menanti.
Walau semua orang menghindari.

Gadis buah bibir mereka yang tak percaya diri.
Boneka lawakan bagi mereka yang iri.
Seorang diri.
Sepi pun sunyi.

Siapa dia?
Bersembunyi, dibalik wajah palsu.
Siapa dia?
Tampak manis, juga menawan selalu.

Gadis, boneka lincah.
Gadis, sang penipu.
Gadis, si pahit lidah.
Juga, gadis disisiku.

(Tulipungu/07.40/18/11/2014)