
Dia
hadir sebagai bilangan
Aku
bisa menghitungnya
Meski,
tak kuyakini...
HADIRNYA.
Semauku,
aku bisa menjumlahkannya
Ataupun
menguranginya
Semampuku,
aku bisa mengalihkannya
Ataupun
membaginya.
Tanpa
permisi,
Aku
bisa menjadikannya nol
Ataupun
himpunan kosong
Juga
bahkan tak terdefinisi
Meski,
aku juga tahu
Tanpa
negosiasi
Dia
hadir sebagai konstanta
Yang
berperan dalan gradient hidupku
Kapanpun
dia mau,
Dia
hadir sebagai penyebut
Menopang
diriku Sang Pembilang
Ataupun
siap membagi hidupku.
Aku
tahu,
Dia
ingin menjadi invers dari fungsiku
Katanya,
saat (fof^(-1) )(x)
Aku
dan dia menjadi satu. IDENTITAS.
Aku
mungkin benci,
Saat
dia memasuki gravitasiku
Katanya,
dia harus dekat denganku.
Jarak
dekat, berarti gravitasi besar.
Dia
selalu bergumam
Dia
butuh katalis
Untuk
mempercepat Laju Rx. hatiku
Dan
luluh untuknya.
Dia
bagai bilangan
Muncul,
saat MIA jadi pilihanku
Dan
aku tahu,
Bilangan
tak punya akhir.
Pernah
kuharap, dia memang bilangan.
Deretan bilangan yang tak memilik akhir.
(20.08/06.12.2014)
No comments:
Post a Comment