Hujan telah berhenti. Benarkah? Sudahkah
awan mengungkap rindunya kepada bumi? Mengapa ia berhenti begitu cepat. Semudah
itukah menyatakan perasaan rindu? Secepat itukah perasaan rindu itu berakhir?
Kuingin waktu itu terhenti. Tidak ada yang mengalir, hingga dongeng yang kubenci
ini berakhir. Saudara, sahabat, dan dia. Semuanya mengalir bagai air yang belum
menemukan pemberhentian terakhirnya, bagai matahari yang bimbang untuk
memastikan akhir dari bulatan bumi, dan bagai pikiranku yang tidak tahu harus
memikirkan apalagi. Kecuali Stella.
Gadis bodoh itu, entah bagaimana?
Akankah kaki jakun itu masih mampu menopang tubuh rampingnya? Akankah kulit
mulus dan putih itu, masih seperti terakhir kumelihatnya? Atau akankah wajah
bulatnya tetaplah mungil, bibirnya tetap merona, hidungnya yang mancung, dan
rambut pirangnya, serta mata coklat yang terhias di wajahnya masih seperti
terakhir kali kumelihatnya?
Atau mungkin dugaanku benar. Semuanya
mulai berhenti untuk mengalir. Air itu sebentar lagi akan menemukan tumpuan
terakhirnya. Matahari itu akan segera beristirahat dan digantikan oleh bulan,
serta aku tak tahu lagi harus apa? Dia, Stella akan menghentikan dongeng yang
kubenci ini. Dia, Stella akan membuatku melanjutkan dongeng yang kubenci ini.
Atau dia, Stella akan membuatku menjadi kupu-kupu yang memakan sayapku sendiri.
Aku tak tahu dimana aku harus menempatkan diri. Aku hanya ingin dongeng ini
tidak pernah ada, atau aku dan Stella tidak pernah ada.
Aku tidak ingin menjadi antagonis
ataupun protagonist dalam kisah yang dibuat oleh Stella. Aku tidak ingin
melihat Stella menghancurkan dirinya sendiri untuk Dafa. Iblis yang berwajah malaikat.
Begitu tampan dan begitu polosnya. Namun mau bagaimana lagi? Dalam dongeng itu
dia adalah iblis yang tidak kumengerti. Iblis yang selalu menyelamatkanku.
Iblis yang selalu bercanda gurau denganku. Iblis yang menjadi es diantara
tawaku dan tawa Stella. Serta iblis yang menjadi api dan berhasil melelehkan es
di dalam diriku, setiap kali dia di dekatku.
Aku tidak tahu dan aku tidak mengerti.
Mengapa takdir itu harus Dafa? Mengapa dalam dongeng itu harus dia? Dan mengapa
Stella luluh untuknya? Atau haruskah aku menjadi Stella untuk mengubah semua
kekhawatiranku? Menggantikannya menjadi tokoh utama dalam dongeng yang kubenci
ini? Dan kemudian menghilang seperti buih. Namun, Dafa juga akan ikut denganku.
Meninggalkan Stella untuk menyelesaikan dongeng ini seorang diri.
Aku seharusnya mengerti, dalam dongeng
itu ada sebuah aturan. Aturan yang telah dilanggar Stella dengan meninggalkanku
demi Dafa. Aku masih ingat dengan jelas saat terakhir kumelihat mereka. Stella
tersenyum dan Dafa tampak bodoh. Senyuman Stella yang menyuruhku tenang dan
lupa akannya. Namun, bagaimana sekarang? Senyuman itu membuatku tidak mengerti
dan tidak ingin mengerti dengan dongeng itu. Senyuman yang menjadi awal
pelanggaran dalam dongeng itu, dan Dafa tampak bodoh. Tentunya. Iblis itu tidak
tahu keberadaan dongeng itu. Iblis itu tidak tahu cerita dibalik aku dan
Stella, namun dia tetap tersenyum penuh arti, bak dia tahu segalanya. Bak dia
tahu seberapa besar ketulusan Stella untuknya. Tidak, sedikitpun. Satu
persenpun aku yakin dia tidaklah tahu dan tidaklah mengerti akan ketulusan itu.
Namun, tahukah dia seberapa benci aku dengannya? Tahukah dia betapa ingin
sekali aku membunuhnya untuk Stella? Tapi, aturan dalam dongeng itu melarangku
menyentuhnya. Mengapa? Karena es dalam diriku akan mencair saat aku ada di
dekatnya. Coba bayangkan apa yang terjadi jika aku menyentuhnya apalagi
membunuhnya! Mungkin, es itu akan berubah menjadi bensin yang kemudian berubah
menjadi api dalam diriku, dan mengubahku menjadi iblis. Sehingga dongeng itu
benar-benar berubah, dan apa yang akan terjadi dengan Stella? Apa yang akan
terjadi dengan tokoh utama dongeng itu, dan gadis bodoh yang melanggar aturan,
dan membuatku berpikir untuk melanggar aturan mengikutinya, demi
menyelamatkannya dan membuatnya mengakhiri dongeng ini.
Ya. Aku mengerti dengan dongeng itu. Aku
hanya tidak ingin menjadi singa diantara Stella dan Dafa. Singa yang menerkam
rusa, demi menyelamatkan harimau yang seharusnya menerkam rusa itu, namun tak
sanggup. Tapi, selama dongeng ini dan itu berlanjut, kemungkinan aku menjadi
singa akan tetap terjadi. Meski aku tidak ingin mengerti dengan dongeng itu.
Aku akan mengerti lebih banyak lagi.
(16/04/2014/TULIPUNGU)
(16/04/2014/TULIPUNGU)
No comments:
Post a Comment