Duduk disebuah kursi roda, menatap jauh ke arah yang tidak
memiliki batas. Berharap waktu akan berputar mundur, hingga aku berada
pada posisi, dimana kisah itu belum di
mulai. Lalu memilih kisah lain, yang dapat menjauhkan diriku dari kisah yang
telah membuatku seperti ini.
Meski sekarang semuanya telah berakhir, masih teringat
jelas jejak-jejak yang dipenuhi ketidaktahuan dan telah aku lewati sebelumnya.
Ku lewati dengan rasa yang tidak pernah kualami, yang hampir menghancurkan diriku
dan telah menghancurkan hidupku.
Lama terdiam, membuat ku kembali menelusuri jejak-jejak
itu. Jejak yang bagaikan noda oleh sebuah rayap pada dinding sebuah kamar. Pada
awalnya hanya sebuah rayap. Tapi menimbulkan noda yang bahkan lebih besar dari
pada rayap itu. Sehingga membutuhkan kertas dinding untuk menutupi noda
itu. Itulah MY LIFE.
Kisahku dimulai saat aku memutuskan liburanku, di Villa yang terletak di sebuah desa kecil
dan damai di kota Bern, Swiss. Villa yang bernuasa istana dalam dongeng nanmewah. Membuat mata disilaukan akan
keindahannya layaknya sebuah permata.
Villa yang memiliki 3 lantai, berwarna putih yang tampak indah, dan memiliki 12
ruangan (3 WC, 1 gudang, 8 kamar) dalam
tiap lantainya (tidak terhitung dapur dan ruang utama pada lantai bawah) ini,
tampak sepi, tapi terlihat begitu nyaman. Villa yang selalu tampak bersih ini,
dirawat oleh seorang wanita tua yang berumur sekitar 67 tahun, bernama Isabella
Th yang tampak masih sangat kuat dan merupakan seorang pekerja keras.
“Villa ini, akan menjadi tempat yang tepat untuk aku
melukis keindahan salah satu desa di Kota Bern ini.”kata seorang gadis berumur
17 tahun, yang bernama Dea Ch. “Kau salah. Villa ini akan menjadikan ku
Photographer terhebat didunia.”balas Carol Robbinson, teman seumuran Dea Ch. “Tidak
ku sangka ternyata Swiss jauh lebih indah dari pada New York.”kata Jason
William kagum, yang juga merupakan teman Dea Ch.
( April 1-2012 at 23.30 p.m. ) “Kematian akan dimulai.
Darah akan kembali mengotori lantai sebuah istana. Aku atau kamu. Kamu atau
dia. Dia atau mereka. Siapa pun itu, akan merasakan dinginnya pisau seorang
pembunuh yang haus darah. Sama seperti yang telah aku alami. Sekuat tenaga pun
kau berlari. Kau akan tetap menjumpainya. Cause, that is your live.” Kata
seseorang dalam mimpi Dea Ch.
( April 2-2012 at 23.00 p.m ) “Help me ! Please.. Help
me..!”Mimpi kedua Dea Ch. Dalam mimpi itu, terdapat seorang wanita seumuran Dea
Ch dengan pisau yang tertancap didada nya, menggenggam tangan Dea Ch. Tapi saat
Dea Ch ingin melepaskan pisau itu, bayangan dalam mimpi itu menghilang dan Dea
Ch akan terbangun dari tidurnya.
( April 3-2012 at 08.00 a.m , waktu sarapan ) “Guys...
Mimpi yang kemarin datang lagi. Hanya saja malam ini, kalimat yang di ucapkan
orang itu berbeda.”Kata Dea Ch sambil mengaduk makanannya, tanpa mencicipinya
sesuap pun.
“Tenang Dea Ch. Itu Cuma bunga tidur ajah kok.”kata Alice
Paul, teman Dea Ch yang berumur 2 tahun lebih tua dari Dea Ch. “Kalau kau terus
saja seperti itu, lama-lama kau juga yang akan sakit.”lanjut Alice Paul. “Liburan
kita nanti juga akan kacau jika kamu sakit.”lanjut Arbert Paul, kakak Alice
Paul yang berumur 1 tahun lebih tua dari Alice Paul. “Bukankah kau ingin melukis
keindahan Kota Bern dari Villa ini? Jadikan ajahh mimpi mu itu, sebagai object
nya.”lanjut Arbert Paul. “Kita bahkan menempatkan mu di Tower (*tower adalah
sebuah kamar di lantai 3, yang merupakan ruangan yang paling indah dalam
Villa.) untuk itu. Andai aku yang tinggal di Tower, pasti aku sudah
mengabadikan banyak photo.”kata Carol Robbinson. “Bagaimana kalau kita tukar
ajahh?”lanjut Carol Robbinson. “Enak saja. Selama liburan kita, kamar itu
adalah milikku.”jawab Dea Ch sambil mulai mengunyah makanannya.
“Aku selesai.”kata Jason William seraya berdiri
meninggalkan meja makan. “Apakah ada yang ingin ke Danau? Yang berada dalam
hutan dekat Villa ini?”lanjut Jason William. “Aku mau banget.”jawab Carol
Robbinson mengikuti Jason William. “Sepertinya semua sudah selesai makan.
Kecuali Dea Ch.”lanjut Carol Robbinson dengan tatapan sinis pada Dea Ch. “Apakah
kalian benar-benar akan meninggalkan ku sendiri di Villa?”tanya Dea Ch dengan
nasi yang masih berada dalam mulutnya. “Kau tidak sendiri darling, ada dua orang yang menemani mu.”bisik Arbert Paul. “Wanita
dalam mimpi mu dan Isabella Th yang menakutkan itu.”ejek Arbert Paul. “Ahhh.”kata
Dea Ch kaget. “Jangan takut. Dia hanya berusaha menakut-nakuti mu.”kata Alice
Paul. “Kau harus menghabiskan sarapan mu. Dia telah menghabiskan banyak
waktunya untuk itu.”lanjut Alice Paul lalu berlari mengikuti yang lain, seraya say bye kepada Dea Ch.
( April 3-2012 at 11.00 a.m, In the Tower ) *Dea Ch duduk
menggambar pemandangan yang di lihatnya dengan ketinggian 3 tingkat dari dalam
Tower melalui jendela Tower.* “Hi, Dea Ch. Nama kamu Dea Ch kan?”lalu terdengar
suara di dalam Tower, entah berasal dari mana.
“Siapa itu? Apakah kau berada didalam kamarku?”tanya Dea Ch
seraya mencari asal suara, dengan nada ketakutan yang kental. “Oh iyahh. Aku
belum memperkenalkan diriku. Hi, Namaku Dea Th.”balas suara itu. “Lebih
tepatnya nama kita sama. Hanya marga yang membedakan.”lanjut Dea Th. “Kalau
begitu... perlihatkan diri mu !”kata Dea Ch seraya memegang kuas, sebagai
senjatanya dan melihat sekeliling Tower. “Aku berada di dalam diri mu.”jawab Dea
Th. “Jika kau ingin melihat ku, coba tutup matamu. Lalu tancapkan kuas yang kau
pegang itu pada papan lukisan mu. Setelah itu gerakkan tanganmu, sebagaimana
yang kau lihat setelah kau menutup mu. Itulah aku.”lanjut Dea Th dan setelah
itu, suara Dea Th menghilang. Sehingga membuat Dea Ch penasaran dan mecobanya.
Dan alhasilnya gambar yang di lukisnya dengan mata tertutup menghasilkan
seorang gadis cantik dengan gaun yang bagaikan seorang putri.
“Siapa itu?”tanya Albert yang tiba-tiba memasuki kamar Dea
Ch. “Dia adalah Dea Th”jawab Dea Ch dengan ekspresi datar. “Mengapa kau
tiba-tiba aneh seperti itu? Kau seperti bukan Dea Ch yang ku kenal.”balas Arbert
Paul yang mulai ketakutan. “Ha ha ha.”Dea Ch yang tertawa puas dengan perubahan
wajah Albert. “Dia cantik kan? Ini adalah wajah ku.”lanjut Dea Ch. “Hahh?”jawab
Arbert Paul, tidak percaya. “Tidak. Aku bercanda.”balas Dea Ch. “Ternyata Arbert
Paul adalah orang yang paling mudah di bohongi.”lanjut Dea Ch seraya tertawa
puas.
( April 3-2012 at
19.00 p.m, dalam kamar Alice Paul. Kamar 04 di lantai 1 ) “Mau ke satu tempat
yang menarik?”tanya Dea Ch seraya berdiri. “Kalau mau sihh, follow me.”lanjut Dea
Ch sambil beranjak keluar kamar Alice Paul. “Aku ikut dehh.”jawab Carol
Robbinson, yang kemudian di ikuti oleh yang lain.
( April 3-2012 at 19.15 p.m, ruang bawah tanah.) “Dea Ch,
tempat apa ini?”tanya Jason William dengan suara takut yang jelas. “Ini adalah
tempat seseorang di bunuh 2 tahun yang lalu.”jawab Dea Ch dengan kata yang
santai atau tanpa takut. “Apa...?”tanya Carol Robbinson. “Udahh diam..! bantu
aku nyari apa saja yang dapat membantuku menemukan seorang tersangka.”perintah Dea
Ch tanpa menjawab pertanyaan Carol Robbinson.
( April 3-2012 at 23.30 p.m ) “Apa gunanya sihh,
ngotak-atik ruang bawah tanah?”kata Carol Robbinson dengan nafas yang
terengah-engah. “Dan dimana juga kau tahu tentang pembunuhan?”lanjut Carol
Robbinson. “Dea Ch. Kau benar-benar aneh hari ini.”balas Alice Paul. “Apakah
mimpi mu yang membuat kau seperti ini?”lanjut Alice Paul. “Aku hanya
bermain-main saja.”jawab Dea Ch. “Bukan kah ini sangat menarik?”lanjut Dea Ch
tanpa rasa bersalah. “Aishh...! Rasakan pembalasanku.”kata Jason William sambil
menggelitik Dea Ch. “Ayo.. bantu aku.”ajak Jason William pada yang lain.
Alhasil semua menggelitik Dea Ch. “Sudah..! aku bilang..”kata Dea Ch, kemudian
di potong oleh...
“Ini sedikit cemilan. Aku lihat kalian semua berkeringat.
Mungkin dapat membantu.”potong Isabella Th sambil menawarkan beberapa cemilan
dan minuman. “Thanks.”balas Alice Paul. “Tunggu.”kata Dea Ch. “Apakah kalung
ini milik kamu?”tanya Dea Ch pada Isabella Th. *kalung yang ditemukan di ruang
bawah tanah.* “Ya. Itu milik saya.”jawab Isabella Th gugup. “Beberapa waktu
yang lalu aku menghilangkan nya. Terima kasih karna telah menemukannya.”lanjut Isabella
Th seraya mengambil kalung itu dari Dea Ch, lalu menuju ke dapur.
(April 4-2012 at 02.00 a.m) Terdengar suara hentakan kaki
dari lantai 2 menuju ke lantai 3. “Suara apa itu?”kata Carol Robbinson seraya
menuju kamar Alice Paul yang berada di samping kamarnya. Lalu membangunkannya.
“Alice. Alice... Alice Paul.. Bangun ! Aku mendengar sesuatu yang aneh dari
atas. Perasaanku juga sangat buruk. Takut ada apa-apa dengan Dea Ch. Alice. Aku
bilang bangun.. Hei. Bangun.”bisik Carol Robbinson di depan pintu kamar Alice
Paul, seraya mengetuk pintu.
“Ada apa sihh? Sibuk banget ganggu orang tidur.”jawab Alice
Paul seraya membuka pintu dengan omelan yang khas. Lalu Carol Robbinson menutup
mulut Alice Paul, dan masuk ke dalam kamar Alice Paul. “Coba dengar suara itu !
Seperti suara orang yang mengendap-endap di lantai 2 kan?”lanjut Carol Robbinson. “Tidak juga.”jawab Alice
Paul yang masih mengatuk. “Coba dengar!”desak Carol Robbinson. “Iya... seperti
suara orang yang mengendap-endap di lantai 2.”jawab Alice Paul. “Dari tadi aku
juga bilang gitu.”balas Carol Robbinson. “Sekarang kau hubungi Jason William, Arbert
Paul, dan Dea Ch. Soalnya handphone
ku ketinggalan di kamarku !”lanjut Carol Robbinson. “Iya...”jawab Alice Paul.
(April 4-2012 at 02.30 a.m, mencari asal suara langkah
kaki.) Handphone Dea Ch tidak dapat
di hubungi. Oleh karna itu, Arbert Paul, Alice Paul, Jason William, dan Carol
Robbinson, membagi dirinya untuk itu. Arbert Paul dan Carol Robbinson berusaha
untuku menemukan suara hentakan kaki itu di lantai 2, sedangkan Alice Paul dan Jason
William berusaha untuk menghubungi dan menemui Dea Ch di lantai 3, dan tentunya
harus melewati lantai 2 yang cukup luas. Di perjalanan, Ar-Rol menemukan
sesuatu yang aneh....
“Ahhh.”teriak Carol Robbinson, Arbert Paul langsung menutup
mulut Carol Robbinson dan bersembunyi di salah satu kamar pada lantai 2.
“Jangan ribut.”perintah Arbert Paul kepada Carol Robbinson. “Tapi dia.. tadi
itu... Dia... Dia.. memakan.. Dia memakan manusia.”jawab Carol Robbinson yang
gugup salah tingkah seraya berputar-putar memegang kepala. “Kita harus cari
tahu, siapa orang yang di makan Cannibal itu. Yahh harus.”lanjut Carol
Robbinson seraya ingin keluar dari kamar itu, tapi dihalangi oleh Arbert Paul.
“Kau ingin kita yang di makan selanjutnya?”balas Arbert Paul. “Jangan gegabah !
Kita harus punya rencana.”lanjut Arbert Paul. “Bagaimana bila korban itu, teman
kita.”tanya Carol Robbinson. “Tidak. Tadi aku melihat semuanya dengan
jelas.”balas Arbert Paul dengan wajah yang juga ketakutan. “Siapa?”tanya Carol
Robbinson. “Kau tahu penjaga Villa ini?”tanya Arbert Paul. “Isabella Th?”jawab Carol
Robbinson. “Bukan. Yang menemani kita ke danau tempo yang lalu? Ehmm. Yahh
namanya Rizard. Dia korban yang di makan Cannibal tadi.”balas Arbert Paul
dengan yakin. “Kalau Cannibalnya? Kau tahu?”lanjut Carol Robbinson ingin tahu.
“Tidak. Aku tidak yakin.”jawab Arbert Paul. Lalu tiba-tiba... ada seeorang yang
mengetuk-ngetuk pintu kamar, tempat Arbert Paul dan Carol Robbinson
bersembunyi. Dia adalah...
Di tempat yang lain, Ali-Son telah berada di tangga lantai
2 menuju lantai 3. Namun tiba-tiba ada seorang wanita dengan gaun yang lengkap,
berjalan dari lantai 3 menuju lantai 2. Sehingga Ali-Son tidak melanjutkan
langkah kakinya menuju lantai 3, melainkan bersembunyi di salah satu sisi dari
lantai 2.
“Apakah ada penghuni lain selain kita di Villa ini?”tanya Alice
Paul. “Entahlah? Aku juga baru melihatnya.”jawab Jason William. “Kau lihat tadi
pakaiannya? Zaman sekarang pakai gaun, KUNO.”lanjut Jason William yang mulai
keluar dari tempat persembunyiannya. “Wanita tadi seperti, seorang putri dari
kerajaan Romawi kuno. Atau cuma pemikiranku saja? Ahh... sudahlah.”berjalan
mengikuti Jason William. Tapi wanita dengan gaun yang berbeda, selalu
menghalangi jalannya. Untuk ke 4 kalinya, mereka tidak bersembunyi lagi.
Sementara wanita itu berjalan turun tangga, mereka terus berjalan menaiki
tangga. Sehingga di puncak anak tangga, Alice Paul ...
Di luar kamar tempat Ar-Rol bersembunyi, ada seseorang yang
sedang mengetuk pintu kamar itu. Orang itu adalah Cannibal yang memakan Rizard (penjaga luar Villa) beberapa menit
yang lalu. Dia adalah ...
“Cepat ambil benda yang dapat membantu kita menutup pintu
ini.”perintah Arbert Paul seraya mencoba menahan pintu kamar oleh desakan
seorang Cannibal. “Apa?”jawab Carol Robbinson yang tidak tahu ingin mengambil
benda apa, pada kamar yang tidak dia ketahui dan dalam situasi kamar yang cukup
gelap. “Meja itu. Kau bisa mengangkatnya.”balas Arbert Paul. “Iya. Aku
bisa.”jawab Carol Robbinson seraya mengangkat meja menuju Arbert Paul dan
berhasil. “Sekarang apalagi?”tanya Carol Robbinson pada Arbert Paul. “Lemari
itu. Apakah kau bisa mengangkatnya?”tanya Arbert Paul. “Tidak mungkin. Ini
sangat besar.”jawab Carol Robbinson. “Kalau gitu, kau yang kesini dan aku yang
mengangkat lemari itu.”lanjut Arbert Paul. “Baiklah.”jawab Carol Robbinson
seraya menuju pintu atau bertukaran tempat dengan Arbert Paul. Mengangkat
lemari untuk menghalangi Cannibal masuk dari pintu masuk utama, adalah
perkiraan yang salah.
“Tunggu.”pekik Carol Robbinson. “Suara desakan pintu tidak
adalagi. Apakah mungkin Cannibal itu sudah pergi?”kata Carol Robbinson,
menyuruh Arbert Paul berhenti mengangkat lemari itu. “Jangan berani membuka
pintu. Bisa saja ini adalah sebuah tipuan.”balas Arbert Paul seraya kembali
mengangkat lemari. “Arbert Paul hentikan itu.”perintah Carol Robbinson dengan
suara ketakutan yang kental, seperti bertatap muka dengan seorang Cannibal.
Terdapat pintu rahasia dalam kamar itu, namun tertutupi
oleh lemari. Sekarang, lemari itu di angkat oleh Arbert Paul sehingga pintu itu
dapat terlihat dengan jelas dan pada pintu itu berdiri seorang Cannibal yang
telah memegang leher Arbert Paul.
“Ahhh...”kata Arbert Paul yang merasa tercekik. “Hentikan
itu.”balas Carol Robbinson dengan rasa takut seraya menendang meja dan mulai
membuka pintu. “Tolong. Hentikan itu Isabella Th.”lanjut Carol Robbinson seraya
menyebut nama seorang Cannibal. “Pergilah ! aku yang akan melawan nenek tua
ini.”kata Arbert Paul mengeluarkan perintah. “Kau diam. Apa yang kau inginkan
pada kami? Apa salah kami?”lanjut Carol Robbinson berusaha mengambil perhatian Isabella
Th, sehingga Arbert Paul dapat melepaskan diri dari cengkraman jari-jari Isabella
Th. “Sebenarnya, yang ingin kubunuh hanya Dea Ch. Tapi kalian semua menghalangi
pandanganku. Jadi kalian juga harus mati.”jawab Isabella Th. “Apa salah Dea Ch?”tanya
Carol Robbinson lebih lanjut seraya memegang sebuah keramik besar yang tak jauh
dari tempat dia berada. “Itu karna dia mirip dengan seseorang yang
kubenci.”jawab Isabella Th seraya mencekik leher Arbert Paul lebih keras.
“Siapa orang itu?”tanya Carol Robbinson seraya mengangkat keramik itu dan
melempar kearah Isabella Th dengan sasaran yang sangat tepat tanpa melukai Arbert
Paul. Untuk awal, Arbert Paul berhasil lepas dari cengkaraman Isabella Th. Tapi
saat dia berlari, Isabella yang terluka akibat keramik melemparkan pisau
miliknya pada Arbert Paul dan pas mengenai punggung Arbert Paul.
“Arbert...”kata Carol Robbinson yang berbalik melihat Arbert
Paul. “Jangan kemari. Kau harus lari. Beritahu ini pada yang lain dan pergi
dari Villa ini. Jangan sampai nenek tua ini, menemukanmu.”balas Arbert Paul,
dan terjatuh akibat pisau itu tertancap sangat dalam. “Maafkan aku, Arbert !”kata
Carol Robbinson seraya berlari mencari yang lain.
Di tempat lain, Sementara wanita itu berjalan turun tangga,
mereka terus berjalan menaiki tangga. Sehingga di puncak anak tangga, Alice
Paul terhalang oleh gaun sang wanita dan terjatuh dari anak tangga. Hingga
kembali ke lantai 2. “Alice...”kata Jason William seraya berlari turun tangga
dan berharap dia bisa menolong Alice Paul atau Alice Paul tidak terluka parah.
Tapi kecepatan Jason William turun tangga, tidak sebanding dengan kecepatan
jatuh Alice Paul pada 200 anak tangga dengan kemiringan tangga sebesar sudut 70 derajat. Di dasar anak tangga...
“Alice... Kau tidak apa-apa?”tanya Jason William seraya
memegang kepala Alice Paul yang berdarah. “Tidak. Kau benar-benar apa-apa.
Tunggu... bagaimana mungkin pisau ini ada di perut mu? Pisau siapa ini?”lanjut Jason
William seraya mencabut pisau dari perut Alice Paul. “Wanita itu. Dia... dia
bukan manusia. Dia mengintai kita semua. Dia menginginkan kita semua mati. Kau
harus lari. Kau harus menolong yang lain.”kata Alice Paul mengeluarkan
perintah. “Apakah wanita itu pelakunya? Dimana dia?”balas Jason William dengan
amarah yang membara. “Apakah kau tidak mendengar apa yang kukatakan? Sebentar
lagi, dia akan kembali untuk membunuhmu. Jika kau mati, yang lain juga akan
mati. Cepat pergi.”perintah Alice Paul untuk kedua kalinya. “Tapi.. aku.. aku
harus menyelamatkanmu.”balas Jason William dengan gugup. “Jason. Pisau tadi
telah menembus lambungku, darah...akan mengalir keluar dari tubuhku dan semua
organ dalam tubuhku lama-kelamaan akan membusuk. Jika itu terjadi dalam
beberapa menit aku akan mati dan bila kau tetap disini, kaujuga akan mati. Aku
mohon kau harus menyelamatkan yang lain. Terutama kakakku. Bisa kah kau
menyelamatkan dia?”terang Alice Paul agar Jason William pergi menyelamatkan
dirinya dan yang lain. “Maafkan aku. Alice !”kata Jason William berlari menaiki
200 anak tangga, lalu menuju ke Tower, kamar Dea Ch.
(April 4-2012 at 03.30 a.m, In the Tower.) “Dea Ch...”kata Jason
William saat memasuki tower dengan nafas terengah-engah. “Bisakah kau masuk,
setelah kau mengetuk pintu kamarku?”jawab Dea Ch seraya melukis dengan kondisi
kamar yang cukup gelap. “Siapa suruh kamar tidak di kunci. Padahal kau
satu-satunya yang tinggal di lantai 3.”balas Jason William seraya melihat
lukisan Dea Ch yang aneh. “Anu...Anuhh... Lukisan apa itu?”tanya Jason William
seraya mengomentari lukisan. Padahal tujuan Jason William menemui Dea Ch adalah
untuk memberitahu Dea Ch tentang yang terjadi di lantai 2. Tapi tertunda oleh
lukisan. “Ini adalah...
Di tempat lain, Carol Robbinson terus berlari dengan di
kejar oleh Isabella Th yang siap memakannya seperti yang dia lakukan kepada
Rizard atau menancapkan pisau di punggung atau dadanya seperti yang dia lakukan
pada Arbert Paul. Namun langkahnya di hentikan oleh...
“Alice...”kata Carol Robbinson. “Apa ini kau? Bangun.
Jangan bilang kau juga...”lanjut Carol Robbinson seraya duduk dan mengangkat
kepala Alice Paul ke pahanya. “Alice.. Kenapa jadi begini? Seharusnya aku tidak
gegabah dan So’tahu. Seharusnya aku tidak mengusulkan semua ini. Maafkan aku, Alice.”kata
Carol Robbinson melimpahkan semua kesalahan padanya. “Maafkan aku, Arbert.
Maafkan aku, Alice... Hahhhhh.”teriak Carol Robbinson saat memikirkan bahwa
karna dia Arbert Paul dan Alice Paul mati. Dia telah membunuh dua orang yang
telah seperti kakak baginya. “Lalu Jason... Dea Ch, aku harus
memberitahunya.”kata Carol Robbinson seraya berdiri. Namun tiba-tiba
punggungnya terasa berat dan sakit, sehingga di terjatuh di dekat Alice Paul.
Yahh... Si Cannibal Isabella Th yang telah menancapkan pisau di punggungnya.
“Tinggal 2 orang lagi.”kata Isabella Th seraya menaiki tangga yang dinaiki oleh
Jason William beberapa menit yang lalu.
Di Tower. “Ini adalah mimpiku. Kematian yang menewaskan
penghuni sebuah istana yang megah. Ini adalah penghuni itu, ini darahnya, dan This is a killer.”Terang Dea Ch sambil
menunjuk object dalam lukisan itu. “Kalau ini siapa?”tanya Jason William
menunjuk sebuah lukisan gadis bergaun yang pernah di lihat Arbert Paul beberapa
jam yang lalu, dan telah di temuinya beberapa menit yang lalu. “Namanya Dea Th.”jawab
Dea Ch. “Kematian?”tanya Jason William. “Yahh. Ini adalah pembunuh dalam lukisanku.”lanjut
Dea Ch. “Apa?”balas Jason William kaget. “Apa kaujuga mudah di bohongi seperti Arbert?”ejek
Dea Ch dengan puas. “Aku juga tidak tahu. Yang jelas wanita ini adalah bagian
dari diri ku. Aku menggambarnya melalui cermin diriku.”lanjut Dea Ch. “Jangan berbohong lagi.”balas Jason William
seraya memalingkan pandangan ke lukisan yang pertama.
“April 4 at 04.00 a.m ?”kata Jason William melihat tanggal
yang tertera pada papan lukisan Dea Ch. “Aku tidak tahu. Kapan aku melukisnya?
Itu cuma angkakan?”balas Dea Ch tanpa beban pikiran, jauh berbeda dengan beban
pikiran Jason William. “Sekarang April 4, Dea Ch.”kata Jason William. “Lalu,
masalahnya?”tanya Dea Ch. “Sekarang pukul berapa?”tanya Jason William. “ At
03.50 a.m”jawab Dea Ch setelah melihat jam tangannya. “Ada apa sihh? Aneh
banget.”lanjut Dea Ch bertanya. “Alice mati. Itu karna wanita dalam lukisanmu
itu.”jawab Jason William. “Ahhh, jangan bercanda dehh. Aku itu, sudah lelah
dengan pikiran kalian tentang mimpi ataupun lukisanku.”kata Dea Ch seraya
berdiri lalu duduk di tempat yang lain. “Aku tidak sedang bercanda, Dea Ch. Ini
buktinya.”balas Jason William seraya memperlihatkan telapak tangannya yang
dipenuhi darah Alice Paul. “Dan intinya kita semua akan mati dalam sepuluh menit
terakhir.”lanjut Jason William.
Dea Ch menarik tangan Jason William, lalu menjilatnya. “Apa
yang kau lakukan? Kau menjilat darah Alice?”tanya Jason William yang
menyaksikan langsung keanehan Dea Ch. “Aku Cuma membuktikan apakah ini asli
atau mungkin cuma saus.”jawab Dea Ch. “Apakah kau tidak percaya padaku?”tanya Jason
William. “Ayo.. dimana itu terjadi?”tanya Dea Ch seraya beranjak ke tempat
kejadian. Namun terlambat...
“Kalian ingin pergi kemana?”tanya Isabella Th yang berdiri
di depan pintu dengan memainkan sebuah pisau yang dipenuhi darah Arbert Paul
dan Carol Robbinson. “Tinggal kalian berdua.”lanjut Isabella. “Bukankah itu
terbalik? Tinggal kau. Aku tidak peduli dengan yang lain. Tapi aku peduli,
kalau kau mati.”balas Dea Ch. *Jason William, kaget mendengar Dea Ch yang
pandai berbicara seperti itu. Seperti gadis yang berada di dekatnya kini
bukanlah Dea Ch yang dia kenal.* “Lalu setelah itu, aku akan terduduk di
samping jasadmu dan berkata; kenapa ini
harus terjadi? Kenapa bisa aku membunuh anakku. Ehh.. salah. Nanti, yang
terdengar bukan kata anak. Tapi ibu.”lanjut Dea Ch yang bukan Dea Ch lagi.
Melainkan Dea Th.
Mendengar kata-kata Dea Ch or Dea Th, Isabella menjadi
marah dan berlari ingin menancapkan pisau itu di dada Dea Ch, tanpa basa-basi
lagi dan menusuknya berkali-kali. Namun salah sasaran. Jason William mendorong Dea
Ch dan menggantikan posisi Dea Ch, sehingga yang di tusuk pisau adalah Jason
William. “Dasar bodoh! Aku tidak menginginkan kau mati. Tapi itu pilihan mu.”kata
Dea Th. “Meskipun kau bukan Dea Ch, tapi tubuh itu milik temanku dan sekarang
hanya dia yang dapat ku lindungi. Dengan cara itu aku tidak akan merasa
bersalah seumur hidupku.”kata Jason William diakhir nafasnya. Dea Ch mengambil
pisau dan gulat pisau dengan Isabella Th. Alhasil, Isabella Th berhasil
mengenai kaki kanannya hingga mengeluarkan banyak darah. Tapi pisau Dea Ch
terlebih dahulu menusuk Isabella Th berkali-kali. Isabella Th tewas tepat pada
APRIL 04-2012 AT 04.00 A.M. Pertempuran pisau selesai. Dea Ch menangis,
meratapi dan menyesali atas kematian Arbert Paul, Alice Paul, Carol Robbinson,
dan Jason William karna dirinya. Sedangkan Dea Th menghilang.
*****
Dea Th adalah gadis remaja berumur
18 tahun, anak dari Isabella Th. Dea Th, meninggal 2 tahun yang lalu akibat di
bunuh oleh ibunya. Masalahnya seperti yang dialami oleh Dea Ch. Sebuah kesalah
pahaman. Yang mengakibatkan seseorang salah pilih.
*****
*Sejarah Villa* Jutaan tahun yang
lalu. Seorang putri dari sebuah Kerajaan Roma-Itali di kucilkan ke sebuah desa
di kota Bern, Swiss. Akibat kehamilannya. Putri tersebut bernama Michella.
Kehamilan Putri Michella di ketahui setelah berumur 6 bulan. Untuk menahan
malu, keluarga kerajaan mengirimnya ke kota Bern, Swiss, dan membuatkannya
sebuah istana yang di kenal dengan nama Villa.
Setelah melahirkan seorang putri,
Putri Michella menusuk perut anaknya dengan pisau dan menempatkan anaknya itu
di salah satu kamar Villa. Setelah itu, Putri Michella membunuh dirinya,
dikamar yang berbeda. Sebelum menancapkan pisau pada perutnya, dia mengucapkan
sebuah kutukan. “Siapa pun orang yang hidup menetap atau sementara di istanaku
ini. Hidupnya tidak akan pernah tenang dan pada akhirnya dia akan mati. Hingga
semua kamar dalam istana ini, diisikan oleh sebuah mayat.”
Kutukan itulah yang menyebabkan
kematian itu. Suara Dea Th yang terdengar dalam mimpi ataupun pada diri Dea Ch,
sebenar-benarnya bukanlah Dea Th. Melainkan perwujudan dari kutukan Putri
Michella. Lukisan wanita dengan gaun layaknya seorang putri, bukanlah Dea Th
melainkan Putri Michella. Kutukan tersebutlah yang menjadi kisah Isabella Th
dan Dea Th. Begitupun dengan kisah Dea Ch, Arbert Paul, Alice Paul, Carol
Robbinson, dan Jason William.
*****
Sekarang tidak mungkin lagi aku mengubah
itu. Mengubah kisah horror dalam hidupku menjadi kisah romance, yang sering
terjadi pada kisah dalam film-film movie yang pernah ku tonton bersama Arbert
Paul, Alice Paul, Carol Robbinson, dan Jason William. Yahh... kutukan itu masih
terjadi padaku. Rasa bersalah yang sering kali mengembalikanku pada kisah yang ingin kuhilangkan dari memoriku.
Bahkan aku pernah berpikir untuk mati. Dan mungkin suatu
saat nanti, aku akan kembali ke Villa itu. Tertidur pada salah satu kamar yang
belum terisi oleh mayat lalu menancapkan sebuah pisau tepat di jantungku.
Tertidur bukan untuk sementara, tapi untuk selamanya.
Dengan begitu kutukan pada kisahku akan berakhir. Tapi
suatu saat nanti, akan muncul kutukan yang sama pada orang yang berbeda. Hingga
tidak ada lagi kamar yang tersisa.
(25/11/2012/TULIPUNGU)
(25/11/2012/TULIPUNGU)
No comments:
Post a Comment