SCENE
1
*kamera:
ibu yuliana dan siswi baru memasuki kelas.
Fajar
: “duduk siap…”
Ibu
yuliana : “tunggu! nanti dulu.”
All
: (tertawa)
Fajar
: “baik, bu”
Ibu
yuliana : “Molly, perkenalkan dirimu.”
Molly
: “baik,bu. Assalamu alaikum. Perkenal…” (gugup)
all : “waalaikum mussalam.” (tersenyum)
all : “waalaikum mussalam.” (tersenyum)
Molly
: “perkenalkan nama gue Molly ayu wiratmadya. gue pindahan dari SMA Global,
bandung. Terimakasih.”
Ibu
yuliana : “ada yang mau bertanya?”
nanang : “umurnya berapa, bu?”(sedikit bercanda)
ibu yuliana : “jangan tanya sama ibu ! tanyakan sama orangnya.”
molly : “gue lahir tanggal 27 juli 1999, dan hitung aja sendiri.”
nanang : “umurnya berapa, bu?”(sedikit bercanda)
ibu yuliana : “jangan tanya sama ibu ! tanyakan sama orangnya.”
molly : “gue lahir tanggal 27 juli 1999, dan hitung aja sendiri.”
A.nadwa
: “alasan pindah kesini apa? Padahal system disana pasti lebih baik
dibandingkan disini.” (sambil mengacungkan tangan)
Molly
: “nyokap dan bokap gue ada urusan disini selama (berpikir) mungkin 1 tahunan,
karena gue ikut, jadi mau tidak mau gue harus pindah sekolah. Tentunya agar,
gue sendiri tidak ketinggalan pelajaran.”
All
: “ouwhh” (mengiyakan)
Ajis
: (mengacungkan tangan)
Ibu
yuliana : “sudah cukup ! berhubung waktu pelajarannya hanya 1 jam pelajaran,
pertanyaan lain boleh kalian tanyakn sendiri setelah jam pelajaran ! dan molly,
silahkan duduk di bangku kosong di dekat Sakiah.”
Sakiah : “tempatnya, a.nunu bu’.” (mengelak)
Sakiah : “tempatnya, a.nunu bu’.” (mengelak)
Ibu
: “nanti ibu tambah satu meja lagi.”
sakiah : (pasrah)
molly : (beranjak kebangku dan duduk)
ibu : “mari kita lanjutkan.”
all : (menaikkan buku masing-masing)
ibu : “baca do’a sudah?”
nanang : “belum.” (berteriak)
ajis : “aii, fajar nahhh.” (mengejek, sinis)
fajar : “ajja nah muarukka’” (tatapan marah)
ajis : (diam)
sakiah : (pasrah)
molly : (beranjak kebangku dan duduk)
ibu : “mari kita lanjutkan.”
all : (menaikkan buku masing-masing)
ibu : “baca do’a sudah?”
nanang : “belum.” (berteriak)
ajis : “aii, fajar nahhh.” (mengejek, sinis)
fajar : “ajja nah muarukka’” (tatapan marah)
ajis : (diam)
Fajar
: “duduk siap gerak, berdo’a dimulai. Selesai.”
ibu : (melanjutkan materi)
ibu : (melanjutkan materi)
SCENE
2 (Jam istirahat)
Sakiah
: “mau kekantin?”
molly : “hem, gue bawa bekal kok.” (menaikkan bekal) “sakiah !”
sakiah : (berbalik menatap molly) “ya.”
molly : “hem, gue bawa bekal kok.” (menaikkan bekal) “sakiah !”
sakiah : (berbalik menatap molly) “ya.”
Molly
: “thanks, atas ajakannya tadi.” (tersenyum)
Sakiah
: “ouwhh itu. tidak masalah. Sama-sama.” (tersenyum unjuk gigi)
Molly
: (makan dengan lahapnya, sembari baca buku)
DAFA (cowok) : “hallo !”(berteriak) “hemm, nama kamu siapa lagi?” (makin keras) “molly…!!!” (sangat keras)
molly : (menunjuk dirinya) “gue?” (menengok sisi kanan dan kiri, dimana tidak ada satupun orang)
DAFA (cowok) : “hallo !”(berteriak) “hemm, nama kamu siapa lagi?” (makin keras) “molly…!!!” (sangat keras)
molly : (menunjuk dirinya) “gue?” (menengok sisi kanan dan kiri, dimana tidak ada satupun orang)
DAFA
: “iyya, siapa lagi?” (sedikit kesal)
Molly
: “hemm, sorry.” (sedikit menyesal)
DAFA : “bisa mintol ambilin pulpen yang ada di bawa kaki loh?”
DAFA : “bisa mintol ambilin pulpen yang ada di bawa kaki loh?”
Molly
: “mana?” (mencari)
DAFA: “itu.” (menunjuk kebawah meja)
molly : “ini?” (mngangkat pulpen.y)
DAFA: “itu.” (menunjuk kebawah meja)
molly : “ini?” (mngangkat pulpen.y)
DAFA:
“iyya.” (meraih pulpen itu dari tangan molly) “terima kasih.”
molly : (tersenyum) “it’s okay.”
molly : (tersenyum) “it’s okay.”
DAFA
: (berbalik badan, menuju ke bangkunya)
Molly
: “hem, nama loe siapa?” (teriaknya)
DAFA
: “Panggil saj, DAFA.”
Molly
: “oke. Senang bertemu denganmu DAFA” (senyumnya, kemudian menunduk hormat)
DAFA
: “tidak perlu begitu juga.” (tersanjung)
Molly
: “aku yang menginginkannya.” (mengangkat kepala, dan tertawa kecil)
DAFA
: (ikut tertawa) “btw, kamu lebih baik klu bicara pake aku kamu daripada gue
loe.” (tersenyum)
Molly
: “kapan kmu denger aku bicara pake aku kamu?”
DAFA
: “barusan.”
molly : “oh, iyya. Di bandung, aku selalu pake gue loe, sulit diubah. Sorry kalau itu ganggu.”
molly : “oh, iyya. Di bandung, aku selalu pake gue loe, sulit diubah. Sorry kalau itu ganggu.”
DAFA
: “tapi tadi kamu ngomong aku kamu, secara spontan kok.”
Molly
: “nggak tau juga kenapa bisa, mungkin gue hormat kali sama loe.”
DAFA : “hemm.”
molly : (sedikit canggung, menunduk) “aku terusin baca bukunya, dan kamu terusin nulisnya.” (ucapnya ingin menyelesaikan pembicaraan, sembari garuk-garuk kepala pake telunjuknya)
DAFA : “hemm.”
molly : (sedikit canggung, menunduk) “aku terusin baca bukunya, dan kamu terusin nulisnya.” (ucapnya ingin menyelesaikan pembicaraan, sembari garuk-garuk kepala pake telunjuknya)
DAFA
: “baik. Klu ada kesuliatan, kamu boleh nanya-nanya apa saja sama aku.”
Molly
: “yah, mungkin aku akan nanya banyak hal.” (tertawa unjuk gigi)
DAFA
: “tak masalah.” (tersenyum dan kembali menulis)
Molly
: (tersenyum penuh arti)
SCENE
3
Molly
: (nunggu sopirnya, di depan pintu pagar yang mulai berdesakan)
RENA
(cewek) : (berboncengan dengan DAFA) hai, molly ! (tersenyum, sembari memeluk
perut DAFA dengan tangan kanannya, bak takut jatuh)
Molly
: (kaget) hem, hai !! (masih terlonjak kaget, dan tidak mengerti)
RENA
: “kau tidak mengenalku? aishh (mendesis)
Molly
: (masih bingung)
DAFA
: (menaikkan kaca helmnya) kami teman sekelasmu. (tuturnya pelan)
Molly
: (tersenyum bersalah) maaf, aku belum mengenal semua orang. Maaf. Gomennasai !
(menunduk hormat)
DAFA
: lagi-lagi kau seperti itu. tidak usah seperti itu juga. (sedikit merasa tidak
enak)
Molly
: maaf ! (tersenyum)
RENA
: Tadi, aku memang belum pernah menyapamu. Soalnya, aku dipanggil guru terus.
(merasa bersalah) seharusnya aku yang minta maaf. Maaf, dan namaku RENA. Aku
tahu namamu dari DAFA. (tersenyum, begitu manisnya)
Molly
: tidak apa-apa santai ajah. (tersenyum)
DAFA
: klu gitu, kami pergi dulu. Bye, (menancap gas, dan melaju pergi)
RENA
: dah dah (berteriak dari kejauhan)
Molly
: (tersenyum dari kejauhan, meski hatinya menyesali suatu hal) kayaknya itu
pacarnya. (omelnya pada dirinya sendiri) huhhh (menghela nafas panjang)
molly-molly, sepertinya kau mnyukai orang yang salah. (berjalan kaki pelan,
karena sopirnya tak kunjung datang) Pak mamang juga kmana lagi ! (omelnya)
Sakiah
: molly ! (berteriak memanggil molly)
Molly
: aku? (menunjuk dirinya)
Sakiah
: hem, kamu udah mau balik? (tanyanya)
Molly
: iyya. Nunggu supir aku pak mamang. (tersenyum) kamu sendiri?
Sakiah
: tinggal eskul. (menunjuk kesuatu arah) ngomong-ngomong, kamu nggak pake kata
gw loe lagi. (tersenyum)
Molly
: lagi belajar. Tadi disuruh dafa. (tersenyum)
Sakiah
: ouwhh. (mengiyakan)
Molly
: emang.y aneh yah klu aku pake kata gue loe disini?
sakiah : nggak juga sihh.. Cuma kyaknya nggak cocok. (dngan raut muka berpikir) nanti juga dibilang sok sama senior, jadi perintah dafa emang tepat. (balasnya)
sakiah : nggak juga sihh.. Cuma kyaknya nggak cocok. (dngan raut muka berpikir) nanti juga dibilang sok sama senior, jadi perintah dafa emang tepat. (balasnya)
Molly
: ouhh. Gitu (tersenyum) ohh iyya, tadi aku liat dafa ma rena. Mereka kyak
pasangan.
Sakiah
: memang iyya. Dari kelas 2 SMP.
Molly
: udah lama yahh. (tersenyum)
Sakiah
: kenapa? Kamu suka dafa yah? (dengan suara mengejek)
Molly
: nggak. Cuma penasaran ajah tadi. (mengelak) mereka terlihat cocok. Canti dan
tampan,pluss dua-duanya baik.
Sakiah
: yahh, begitulah (membenarkan ucapan molly) hemm, di bandung, kamu pasti udah
punya pacar. Yahkan?
Molly
: nggak. (segera mungkin menjawab) nggak pernah malahan. (tersenyum)
Sakiah
: knapa? Maaf aku kepo.
Molly
: karena aku tidak sperti kau ataupun mereka.
Sakiah
: maksudnya?
Molly
: dalam setahun nanti, atau mungkin dalam beberapa minggu kemudian kamu juga
akan tahu. (tersenyum)
Pak
mamang : non..! (memanggil molly)
Molly
: oh iyya, sopirku sudah datang, sampai ketemu besok. (berlari mnuju ke pak
mamang, kemudian berbalik) perlu kau tahu, aku lahir di soppeng, dan aku ingin
tinggal disini sedikit lebih lama, sebelum aku tidak memiliki waktu lagi
berkunjung kesini. (tersenyum)
Sakiah
: (raut wajah bingung)
molly : itu alasan sebenarnya, kenapa aku pindah sekolah. (tersenyum, kemudian masuk ke mobil dan mobil itu melaju pergi)
molly : itu alasan sebenarnya, kenapa aku pindah sekolah. (tersenyum, kemudian masuk ke mobil dan mobil itu melaju pergi)
SCENE
4 (2 minggu setelah Molly bersekolah di sma1)
(pulang
sekolah)
Molly
: (berjalan keluar kelas, kelas sudah kosong) hemm, hari ini aku pulang
terlambat lagi. Memang nasib jdi bujang penutup pintu. (keluar kelas, dan mau
gembok pintu)
Dafa
: ehh, tunggu-tunggu ! (teriaknya, kemudian berlari masuk kelas)
Molly
: kelupaan sesuatu? (tanyanya)
Dafa
: iyya. (tersenyum) untung kamu blum pulang. Klu iyya, tak jdi dehh kejutanku.
Molly
: kejutan? (raut muka bingung)
Dafa
: besok ultah rena. Aku mau kasi, kejutan hari nanti malam. Tapi kadoku
ketinggalan. (jelasnya)
Molly
: ouwhh. Itu tohh (sedikit cemburu, namun tetap senyum). Pantesan hari ini, aku
dengar kalian berantem.
Dafa
: iyya (mengambil gembok dari tangan molly) itulah kejutannya. Sedikit
berlebihan nggak? (menggembok pintu kelas)
Molly
: klu menurutku iyya, (jawabnya polos), pasti rena sudah menebak-nebak, dan itu
bukan kejutan lagi. Mending tanpa marahan, tanpa berantem, lalu mengucapkan
hbd. Simpelkan? (lanjutnya)
Dafa
: itu sihh kamu. (memberi kunci gemboknya kepad molly)
Molly
: emang.y setiap perempuan itu beda yah? (berjalan mengikuti dafa)
Dafa
: tentu saja beda. Bukannya setiap wanita, tapi setiap orang. (jelasnya) hem,
kamu mau aku antar, kebetulan kita searah. (tanya tersenyum)
Molly
: hemm, aku naik ojek ajah. (jawabnya)
Dafa
: biasanya jawab, ada pak mamang. Supir kamu nggak jemput?? (tanyanya sembari
memakai helm.nya)
Molly
: pak mamang, mau jemput papa di Makassar. Jadi aku pulangnya naik ojek
ajahlah.
Dafa
: kalau begitu kita bareng ! (paksanya)
Molly
: nanti rena marah lohh. (tanyaku)
Dafa
: kalau itu biarlah, itu lebih baik untuk kejutannyakan? (senyumnya)
molly : (berpikir) jika kau terus baik seperti itu, aku tidak akan pernah bisa mengubur cintaku. (ungkapnya dalam hati, sembari menampakkan senyuman) baiklah. (ungkapnya)
molly : (berpikir) jika kau terus baik seperti itu, aku tidak akan pernah bisa mengubur cintaku. (ungkapnya dalam hati, sembari menampakkan senyuman) baiklah. (ungkapnya)
*saat
molly naik kemotor dafa, tiba-tiba dafa mimisan. (kamera : tangan dafa yg
dipenuhi darah dari hidung)
Molly
: daf, kamu tidak apa-apa? (khawatir) sejak kapan kau mimisan seperti ini?
(turun dari motor dan mendorong dagu dafa pelan sehingga menatap ke
langit-langit tempat parker)
Dafa
: udah dari smp. Mungkin Cuma kelelahan. (tuturnya)
Molly
: tidak. Ini bukan hanya karena kelelahan. (mengelak) jangan membohongiku
(khawatir, mengambil tisu dari tasnya)
Dafa
: beneran. dua rius dehh (tegasnya, sembari mengambil tisu dari tangan molly
dan membersihkan darah dari hidungnya)
Molly
: kamu turun dulu dari motormu (perintah molly)
Dafa
: apalagi?
Molly
: kamu turun saja agar aku percaya. (menuntun dafa yang turun dari motor dafa)
Dafa
: (menatap molly bingung)
Molly
: wajah kamu pucat. Kamu bukan hanya kelelahan (tegas molly, khawatir)
Dafa
: aku hanya kelelahan. (ucap dafa)
Molly
: kamu sakit. (memegang tangan dafa, kemudian merabanya dengan jari telunjuk,
tengah, dan manis) denyup nadimu tidak beraturan. Pernafasanmu juga tidak
karuan. Tanganmu dinging. Kau ini sakit. (ucap molly pelan, dengan khawatir
yang tampak jelas di wajahnya) Jadi jangan membohongiku (teriaknya, kemudian
menangis)
Dafa:
molly, kamu kenapa? (khawatir kepada molly), (berusaha mendiamkannya, dengan
memegang pundaknya)
Molly
: jangan membohongiku. (tangisnya meluap, sembari jongkok)
Dafa
: iyya. Aku tidak akan membohongimu. Aku memang sakit. (ucap dafa menunduk)
Molly
: (mengusap air matanya) aku benarkan? Kau memang sakit. (berdiri)
Dafa
: yah, sepertinya kau orang yg memang tidak bisa kubohongi. (tersenyum) jdi
berhentilah menangis ! kau seperti adikku saja.
Molly
: hemm, yahh. kau sakit apa?
Dafa
: (bersandar di motornya, sembari masih membersihkan hidungnya) infeksi hati.
Molly
: sudah separah apa ? (berusaha untuk tenang)
Dafa
: kau tidak kaget? (tanyanya)
Molly
: jawab saja.
Dafa
: jika minggu ini aku tidak dapa donor, mungkin aku sudah tiada dalam bulan
ini. (ucap tersenyum simpul)
Molly
: kalau begitu, knapa kau hanya berdiam diri? (masih berusaha mengontrol
emosinya) knapa kau tidak berusah mencari donor itu?
Dafa
: bodoh. Berhentilah meneriakiku. (mencibir) kau pikir ada orang yang mau
mendonor hatinya dan mati untukku?
Molly
: pasti diluar sana ada. (ucap molly)
Dafa
: mungkin, memang ada. Tapi dimimpiku. aku sudah mendingan. Kau? (memotong
pembicaraan)
Molly
: hem, ya. Aku akan mendoakan yg terbaik untukmu.
Dafa
: thanks. Dan yukk kita pulang.
Molly
: yahh. itu gunanya teman. (tersenyum)
SCENE
5
(hp
dafa bordering)
Dafa
: (mengangkat telepon) halo, assalamualaikum.
Dokter
: waalaikum mussalam.
Dafa
: ada apa dok? Apa kondisi jadi semakin parah?
Dokter
: tidak. Kami menemukan pendonor yang cocok.
Dafa
: yang benar dok? Syukurlah. (melakukan sujud syukur)
Dokter:
operasi akan kami lakukan besok, jadi mohon kamu bisa bersedia.
Dafa
: baik, dok. Terima kasih.
Dokter
: berterima kasihlah kepada Tuhan.
Dafa
: tentu dok. (bahagia)
Dokter
: (menutup telefon)
Dafa
: (menelpon molly) halo, molly?
Molly
: hem, yahh. ada apa daf?
Dafa
: kamu sudah tidur?
Molly:
ya, sedikit. (dengan suara ngantuk) tapi tidak apa-apa.
Dafa
: hem, sebelumnya maaf, tpi aku tiba-tiba ingin memberitahumu sesuatu.
Molly
: memberitahu apa, monggo?
Dafa
: aku dapat donor. (tersenyum)
Molly
: benarkah? Alhamdulillah. Syukurlah, kalau gitu kau akan baik-baik saja. Insya
allah. (begitu bahagia)
Dafa
: ini berkatmu. Terima kasih telah mendo’akanku. (tersenyum, dan sangat
berterima kasih)
Molly
: sama-sama. Itu gunanya teman. (tersenyum simpul)
(Hari
dafa dioperasi, operasinya berjalan lancar)
Dafa
: kenapa kamu menangis?
Rena
: karena, kau tidak memberitahuku. (menangis)
Dafa
: aku hanya tidak ingin khawatir, dan sekarang aku baik-baik saja. (tersenyum)
Fajar
: hentikan kisah cinta kalian ! kami jga datang menjenguk (memukul bahu dafa,
bercanda)
Mitha
: semoga cepat sembuh, daf !
michel : iyya. Dan selanjutnya sehat selalu.
michel : iyya. Dan selanjutnya sehat selalu.
all
: aminnn!!
Nanang
: dan selanjutnya kita main futsal lagi.
Dafa
: hemm, iyya. (tersenyum) lalu, molly, mana?
Sakiah
: disini kau punya arena, tapi malah cari molly.
Dafa
: aku hanya ingin berterima kasih secara langsung.
Mitha
: mangnya molly yang donor hatinya kekamu?
Dafa
: bukan, tapi dia yang berperan dalam menemukan donor untukku.
All
: ouwhh.
Rena
: jadi molly tahu? (sedikit cemburu)
Dafa
: berhentilah bersikap seperti itu. (tegur dafa) dia tidak sengaja tahu.
Pak
mamang : (menggunaka baju berwarna hitam, masuk ke ruang inap tempat dafa
berbaring) den dafa?
Dafa
: (khawatir) iyya, saya sendiri.
Pak
mamang : ini surat dari non molly. Katanya, maaf tidak memberitahumu.
Dafa
: memberi tahu apa pak?
Pak
mamang : den baca saja sendiri ! bapak juga mungkin tidak tega ucapnya. (raut
wajah sedih)
Dafa
: (membaca surat)
Dear Dafa,
Jika surat ini sampai ke kamu,
pasti operasinya lancar. Congrass ! Ternyata ada juga orang bodoh yang rela
mati untukmu. Maaf, aku tidak bisa ngomong langsung ke kamu. Soalnya, aku
sebenarnya juga sakit. Karena itu aku nangis, saat kau bohong ke aku, seperti
orang tuaku yang terus membodohiku. Mereka memang takut aku lebih sakit jika
tahu. Tapi bukankah akan lebiihhh sakit bila dibohongi?
Aku menderita Sindrom otak. Sudah
sangat parah, jadi sudah tidak mungkin lagi di obati. Karena itu aku marah saat
kamu menyerah. Kamu memang beruntung.
Aku memberitahumu karena aku takut
kau merasa bersalah saat pak mamang, ataupun orang tuaku dan orang tuamu
memberitahumu bahwa pendonormu itu bernama Molly. Karena itu aku berpikir untuk
meninggalkan surat ini untukmu. Hem, tampaknya aku memang bodoh.
Dafa, sebenarnya aku menyukaimu
sejak pertama kita ketemu. Aku juga tidak tahu mengapa, namun aku hanya suka.
Kau baik, dan ramah. Tapi aku berpikir kau dan aku tidak cocok. Memang tidak
cocokkan? Namun aku senang hatiku cocok untukmu.
Sudahlah. Aku tidak tahu mau
bicara apalagi. Jaga hatiku, baik-baik. Jangan sakit lagi, dan rena adalah
perempuan yang sangat cocok untukmu. Jaga dia juga untukku. Kita tetap
temankan?
Your friends
Molly
Dafa
: (menangis terisak-isak) kau memang bodoh.
All
: (ikut meneteskan air mata, haru. Sebagian mengucapkan innalillahirrajiun)
Pak
mamang : den, katanya den jangan merasa bersalah. Non, sangat bahagia. Bahkan
aku sendiri tidak pernah melihatnya sebahagia itu, dan non pesan, anggap dia
hanya sebgai mimpi buruk atau indah.
Rena
: (ikut menangis)
Sakiah
: inikah maksudnya perkataannya?
Dafa
: hemm, dia memang temanku yang paling bodoh. Tapi dia adalah temanku yang
paling baik, dan aku menyayanginya. Seperti adik perempuanku.
(semenjak
hari itu, kesehatan dafa membaik, dan hubungan dafa dan rena pun semakin
membaik. Semuanya terutama dafa tetap mengingat molly. Selalu mengingatnya
sebgai mimpi terindah, dan juga mimpi yang paling bodoh)
No comments:
Post a Comment