Ruang
kelas yang awalnya hanya berisi kursi dan meja, sekarang diisi oleh siswa-siswi
kelas x.1 yang mulai berdatangan.
Alan :
Kemarin sungguh membosankan. (ungkap seorang siswa kepada siswa lain)
tumben-tumbenan tidak ada event yang menarik di minggu ini. (memainkan bola
basket)
Jojo : Bener banget. Biasanya ada acara yang seru gimana gitu. Tapi minggu kemarin benar-benar membosankan. Mungkin tingkat kreatifitas masyarakat kita udah mulai menurun. (dengan nada bicara yang sok tahu)
Jojo : Bener banget. Biasanya ada acara yang seru gimana gitu. Tapi minggu kemarin benar-benar membosankan. Mungkin tingkat kreatifitas masyarakat kita udah mulai menurun. (dengan nada bicara yang sok tahu)
Jehan :
Mengapa bukan kalian saja yang membuat hal baru, lebih baik seperti itukan,
daripada menunggu hal yang mungkin tidak akan datang. (sela salah seorang siswa
yang baru tiba dan duduk ditengah-tengah dua siswa sebelumnya)
Alan : iya
juga sihh.. (mengiyakan)
Jehan : itu
artinya kreatifitas kalianlah yang menurun. (dengan nada mengejek)
Alan : apa?
(melingkarkan lengannya dileher Jehan)
Jojo :
(memukul-pukuli pantat Jehan, sembari tertawa mengejek, #bercanda )
Jehan :
hentikan ! (berbicara pelan dengan nada perintah, alhasil kedua temannya
menghentikan candaannya)
Alan :
(memerhatikan teman sekelasnya yang lain, yang saat ini sibuk mengerjakan tugas
masing-masing) apakah ada tugas ? (berjalan menuju bangku seorang teman, dan
menyaksikan temannya itu mengerjakan tugas matematika yang belum ia selesaikan
pada hari libur kemarin)
Siswi :
menurut lohh? (menatap Alan yang bingung, lalu kembali mengerjakan tugasnya
sebelum Pak guru datang, dan menghukumnya karena tidak menyelesaikan tugasnya.)
Alan :
Astaga. (kaget) oh iya.. ada tugas. Punyaku belum selesai. (mulai bingung dan
menuju kebangkunya mengerjakannya.) Ahh, kenapa aku bisa lupa? (melempar bola
basket yang sedari tadi ia pegang hingga mengenai plapon)
XXX
Bruakkkk.kkk (suara plapon yang rubuh dan menimpa seorang siswi yang sedang merajut switter)
XXX
Bruakkkk.kkk (suara plapon yang rubuh dan menimpa seorang siswi yang sedang merajut switter)
Seorang siswi :
(menjerit kesakitan yang kemudian suaranya menghilang bagai tertiup angin)
Siswa-siswi :
(berlarian untuk menolong dan membawanya ke UKS)
Alan : (masih
sibuk dengan tugas yang lupa ia kerjakan sebelumnya, tanpa sadar dengan
kejadian yang sedang berlangsung didalam kelasnya)
XXX
Molly : (Menyapu lantai yang kotor akibat plapon yang roboh bersama salah seorang temannya)
Sania :
mengapa tiba-tiba plapon ini roboh? (berhenti menyapu dan mulai mengajak Molly
untuk bergunjing akan sesuatu hal)
Sarah :
(mendengar pembicaraan kedua temannya, dan kemudian ikut bergabung)
dengar-dengar kelas ini angker lohh, dan katanya setiap tahunnya selalu ada
tumbal. (dengan nada yang menakut-nakuti)
Sania :
benarkah?? (takut)
Sarah : dan
Sepertinya itu sudah menjadi takdir Lily. Lihat saja tadi, darah yang keluar
dari kepalanya buanyaakk bangett. (dengan nada sok tahu)
Sania : iya
juga sihh. (mengiyakan) jadi, tumbalnya Lily?
Molly :
husstt. (mengisaratkan untuk diam) tidak seharusnya kalian berbicara seperti
itu. sebaiknya kalian berdua membantu aku membersihkan ruangan ini, karena
tanganku sudah serasa akan patah memegang sapu ini. (memberikan sapu yang
dipegangnya kepada Sarah)
Sania dan Sarah :
(mencibir) aishh.
Molly : selamat
bekerja (ketempat duduknya dan merenggangkan otot-ototnya)
[Jehan tiba]
Jehan : ada
baiknya jika pembelajaran dihentikan dulu hari ini. Pertama, karena kelas yang
sedikit berantakan, dan kedua karena mental beberapa diantara kalian, mungkin
ada yang dikecoh oleh masalah ini. Sehingga meskipun pembelajaran berlangsung,
tetap tidak akan bermanfaat, dan guru setuju dengan usulku. (dengan nada yang
bijak)
Siswa :
(bersorak gembira)
Siswi :
(sedikit kecewa)
Alan : akhirnya
selesai juga. (tuturnya menatap tugas yang dia kerjakan dengan cucuran keringat
dan tetesan air mata. (-___-) ))
Jehan : apa
yang sedang kau lakukan?? (menatap alan dengan aneh)
Alan :
(mengangkat buku tugas MTK, sebagai isyarat bahwa dia baru saja mengerjakan
tugasnya) Apa yang telah terjadi disini? (memerhatikan kelasnya yang sedikit
berantakan, dan tinggal mereka berdua didalamnya.)
Jehan : (sedikit
kesal) apakah benar isu yang mengatakan, jika kau mengerjakan suatu hal, kau
hanya akan fokus dengan hal itu? sampai-sampai, kejadian dalam kelas kamu
sendiri kau tidak tahu, sedang kau ada didalamnya. (menatap alan dengan tatapan
yang sedikit marah dan kesal)
Alan : yah
sudah. Enggak perlu menatapku segitu juga kale !! (membalas tatapan Jehan dan
Jehan hanya tersenyum melihat tingkah kekanak-kanakan sahabatnya) Terus
bagaimana dengan tugas ini? (memperlihatkan buku yang dipegangnya)
Jehan : Hanya
menyimpannya untuk besok. (ungkapnya sembari merangkul alan keluar dari kelas)
Alan :
(melepaskan dirinya dari Jehan) Jadi aku bersusah payah menyelesaikan ini, dan
pada akhirnya dikumpul besok? (dengan nada yang sedikit ditekan)
Jehan : itu
masalahmu. (mengangkat kursi yang lupa dirapikan oleh teman sekelasnya, keatas
meja) bantu aku sejenak ! (perintahnya kepada alan)
Alan : baik
ketua kelas (ucapnya dengan nada bercanda) Lalu dimana Jojo? (mengangkat kursi)
Jehan : tadi
disuruh guru, memanggil wali Liiilyy (dengan nada kelelahan pada saat
mengangkat kursi guru). Selesai. Ayo, pulang. (ajaknya kepada alan yang juga
telah selesai mengangkat kursi.)
Alan : ok.
(berjalan keluar)
XXX
[Keesokan harinya…]
Jehan : kau
hampir terlambat hari ini. (tegurnya kepada sahabatnya, Alan)
Alan :
Didepan tadi, aku bertemu dengan Lily, dan berbincang-bincang dengannya. (balas
Alan dengan senyuman, bak ada sesuatu yang indah sedang berlangsung hari ini)
Jehan : Lily?
(menatapnya bingung)
Alan :
(mengangguk sembari terus memperlihatkan suasana hatinya yang sedang bagus)
Jehan :
(masih saja menatap alan bingung, namun berusaha untuk menghiraukannya)
Alan :
(menuju kebangkunya)
XXX
Lily : Hi,
kak ! (mengambil bangku lalu duduk didepan Alan dan menghadap ke Alan) Apa yang
sedang kakak lakukan?
Alan :
seperti biasa, mengerjakan tugas. (menatap Lily) Apa yang sedang kau lakukan
disini? Sebaiknya kau ke bangkumu, sebelum bapak, memarahi kita. (tegurnya)
Lily :
bapak, tidak akan melihatku. (ucapnya, dan menopang dagu) dan sebaiknya kakak
fokus saja dengan tugas kakak. Tidak perlu memedulikan aku. (lanjutnya)
Alan :
baiklah. Aku sudah menegurmu, jadi selanjutnya menjadi urusanmu seorang.
(tegasnya)
Lily :
(mengangguk)
Alan : dan
jangan marah kalau aku tidak memedulikanmu untuk saat ini. (lanjutnya)
Lily : ok.
(berbisik, dan kemudian mengangguk)
Alan :
(sibuk dengan tugas yang ada didepan matanya)
[BEL -BERBUNYI]
Guru :
baiklah anak-anak pelajaran akan kita lanjutkan setelah istirahat. (merapikan
mejanya) Kalian boleh keluar sekarang. (lanjutnya)
Siswa-siswi :
(beberapa yang mulai berlarian keluar kelas, ada yang mulai merapikan mejanya,
ada yang masih memikirkan materinya, dan ada yang menuju meja guru untuk
bersalaman dengan bapak guru.)
Alan :
selesai. (ungkapnya, berharap Lily yang sedari tadi menatapnya tahu bahwa
pelajarannya telah diskorsin untuk sementara)
Lily : Kakak
mau kekantin? (tanyanya)
Alan : kau
ingin ikut? (balik bertanya, sembari merapikan meja, dan menyimpan beberapa
buku dilaci/tas)
Lily :
tidak. (balasnya) Hanya saja aku bawa bekal untukmu. Aku sengaja menyiapkannya.
(tuturnya) Maukah kau memakannya untukku? (tersipu malu)
Alan :
baiklah. (mengiyakan) Hari ini aku akan makan bekal buatanmu bersamamu. Aku
memang sudah bosan dengan makanan kantin. (ungkapnya sembari tersenyum)
Jojo : Ayo
ke kantin ! (ajaknya kepada Alan)
Alan : aku
makan di kelas saja. (balasnya)
Jehan : kau
bawa bekal? (tanyanya)
Alan :
(memasukkan sendok yang berisi makanan di mulutnya, sehingga tidak bisa
menjawab pertanyaan Jehan)
Jehan :
Bukankah kau bilang pernah mengejek anak perempuan yang bawa bekal? (lanjutnya,
menyinggung) Tingkah yang kekanak-kanakan. Kau dulu mengatakan hal itu. (lanjut
Jehan)
Sania : bawa
bekal itu keren tahu. (selanya)
Sarah :
selain hemat, juga terjamin higienisnya. (ungkapnya, ikut membela anak bekal)
Jojo : Hemat,
kau bilang? (selanya) Nasi, telur, sayur dan ayam itu, semua kau belikan? Kalau
dihitung-hitung, pengeluaranmu lebih banyak daripada diriku tiap harinya.
Terlebih lagi, kau harus mengeluarkan banyak tenaga tiap paginya hanya untuk
menyiapkannya. (lanjutnya)
Sarah :
(tampang kesal)
Jojo : lebih
baik akukan? Tinggal duduk nunggu mbaknya yang siapin, plus murah. Alias Terjangkau.
(tambah jojo)
Sania dan Sarah :
(semakin kesal)
Molly :
Sudah. Dari pada berantem disini dan keburu waktu istirahatnya habis, mending
kita kekantin. (menarik tangan jojo dan jehan)
Jojo : kau
tidak bawa bekal? (melihat kearah Molly)
Molly : Aku
lupa. (ucapnya, menunduk)
Jojo :
katakan saja kalau kau mulai malas jadi anak bekalan. (ejeknya)
Jehan :
(tertawa)
Molly :
(menendang kaki Jehan, kemudian Jojo) berhentilah menggodaku !
Jehan, Jojo, dan
Molly
: (keluar kelas menuju ke kantin)
Lily :
Bagaimana masakanku? Enak? (tanyanya)
Alan :
(mengangguk, sementara mulutnya masih dipenuhi makanan)
Lily :
(tersenyum) makanlah pelan-pelan ! Aku tidak akan merebut makananmu. (tegurnya)
Ini air minum, jika kau tersedak. (ucapnya, mengulurkan air)
Alan :
(menelan makanannya, kemudian minum) kau tidak makan juga?(tanyanya)
Lily :
tidak. Melihatmu makan, aku sudah kenyang.
Alan :
benarkah ? (tersenyum)
Lily :
(melihat gitar Alan dibawah meja) kau pintar memainkannya? (tanyanya menunjuk
ke gitar di samping kaki Alan)
Alan :
gitar? (menghabiskan air minumnya)
Lily :
(mengangguk)
Alan : Aku
bisa. (jawabnya) tapi tidak mahir. (lanjutnya)
Lily : Dulu,
aku sangat suka melihat kakakku memainkan gitarnya. Sehingga aku memohon agar
dia mengajariku. (tutur Lily, yang mulai bercerita)
Alan :
terus, dia tidak mengajarimu? (tebak alan, sok tahu)
Lily : dia
mengajariku dan aku berlatih keras sehingga aku bisa memainkan satu lagu.
Alan : lalu?
(penasaran)
Lily : Lalu
pada hari peringatan kelahiranku yang ke 15 tahun, aku memintanya membelikanku
gitar yang sama seperti miliknya. Bukankah aku sangat egois, seharusnya aku
hanya menggunakan miliknya, tidak perlu menyuruhnya membelikanku. Padahal,
kakakku itu tidak memiliki uang. Sementara kami juga tidak memiliki ayah dan
ibu yang bisa saja mengabuli segala permintaanku. Yang kumiliki hanya dia.
Alan : dia
membelikanmu?
Lily : Iya.
(tersenyum) Dia membelikan gitar yang sangat cantik, BAHKAN lebih cantik dan
lebih bagus dari miliknya. Dia memberikanku gitar itu pada hari ultahku,
sebelumnya dia menyuruhku menunggunya didepan kostku dan dia. Katanya, dia
ingin aku melihat kejutan yang ia persiapkan untukku. (lanjut dengan senyum
yang tidak pernah pudar)
Alan :
kejutan untukmu? (tutur Alan yang menikmati cerita Lily) seperti apa
kejutannya? (lanjutnya)
Lily :
Seharusnya indah. Tapi ternyata, aku sendiri yang menciptakan kejutan itu. Jadi,
tentu tidaklah indah.
Alan :
maksudnya? (penasaran)
Lily : Demi
gitar, aku mengorbankan kakakku. Itu kejutan yang kuterima dihari ultahku.
Alan : Aku
masih saja tidak mengerti.
Lily : Saat
itu kakakku mengendarai sepeda motor, aku masih ingat dengan jelas wajahnya.
Setelah dia memarkirkan sepeda motornya, dia membawa gitar itu kepadaku. Dia
bilang ini hadiahmu. Lalu, aku membalasnya dengan pertanyaan, lalu kejutan
untukku? Gitar ini? Aku bertanya seperti itu. Bukankah aku tampak seperti orang
yang tidak tahu bersyukur?
Alan :
(mendengar dengan serius)
Lily :
Kakakku bilang, ini bukan kejutannya. Masih ada. Dia berkata seperti itu, lalu
kembali menuju kesepeda motornya. (mimik wajahnya berubah) Namun, tiba-tiba ada
truk dengan kecepatan tinggi mengarah kepadanya, dan aku baru sadar setelah
sepeda motor kakakku terlempar jauh, dan kakakku itu, tidak ada lagi
dihadapanku. (menangis, terisak-isak)
Alan :
(bercampur dengan suasana hati Lily)
Lily :
selanjutnya, aku tidak ingat lagi. (kembali tersenyum) Yang ku ingat
selanjutnya hanya, senyum yang dia pamerkan kepadaku hari itu. Senyum yang
kadang mebuatku iri, karena tidak memiliki senyum seperti itu. (lanjutnya,
sembari tetap tersenyum)
Alan : meski
aku tidak tahu seperti apa senyuman kakakmu, aku akan membuatmu tersenyum
seperti itu. (ungkap nya)
Lily :
benarkah? (tersenyum)
Alan : iya.
Aku janji. (tuturnya) Lagu apa yang ingin kau dengar sekarang? Aku akan
memainkannya untukmu.
Lily : lagu
yang kakak tahu saja. (ucapnya)
Alan : kalau
begitu aku akan memainkan lagu xxxx. Setelah ini kau pasti ingin meminta tanda
tanganku. (ucapnya, bercanda, kemudian memainkan musik)
Lily :
(menikmati alunan gitar alan, kemudian teringat sesuatu) aku lupa sesuatu.
(menuju kemejanya dan mengambil sesuatu dibawa meja)
Alan :
(menghentikan permainan gitarnya, memerhatikan Lily) Apa?
Lily : Ini
dia. (mengambil sebuah switter, lalu kembali duduk disamping Alan) Hari ini
kakak ulang tahunkan?
Alan :
(tertawa)
Lily : Aku
merajutnya sendiri. (tuturnya) Rencananya aku akan membungkusnya dengan rapi,
dan memberikannya hari ini. Namun aku tidak bisa membungkusnya. Ini juga belum
selesai total, alias masih kurang dibagian sini dan sini. (menunjukkannya
bagian-bagian switter yang masih perlu diperbaiki dan ditambah)
Alan : tidak
apa-apa. Kau ingat ultahku juga sudah cukup.
Lily : tidak.
Seharusnya, ini memang selesai hari ini. Tapi kondisiku, tidak mengijinkanku
menyelesaikannya. Maaf ! (tuturnya) Jadi, sebaiknya aku tidak memberikannya.
(lanjutnya)
Alan : berikan
switter itu kepadaku. (balas alan)
Lily :
benarkah? Kakak menginginkannya?
Alan : tunggu
aku disini. (jawab alan, mengingat sesuatu kemudian berlari keluar) aku harus
mengambil sesuatu dulu.
[tata
cahaya (pencahayaan) padam]
XXX
Alan :
(memasuki kelas, dengan menggenggam bunga Lily yang rencana ingin ia berikan
kepada Lily, dan menyatakan perasaannya)
[Namun Lily dan
switter itu, sama sekali tidak ia lihat dalam kelas yang mulai dipenuhi dengan
teman sekelasnya yang lain]
Jehan :
Darimana saja kau?
Alan : Han,
kau lihat Lily ?
Molly : Lily?
(selanya) Lily, teman sekelas kita?
Alan : siapa
lagi?
Jehan : Dia
ada dirumah sakit sekarang. Dia tidak datang kesekolah hari ini.
Alan : tidak.
Dia datang kesekolah hari ini. Pada jam pelajaran tadi, dia duduk didepanku.
Dia membawakan ku bekal hari ini, dan dia menemaniku main gitar sebelumnya.
Jehan : Alan,
Baru saja ibumu menelponku dan menanyakan apakah kau menghabiskan bekal yang ia
buatkan untukmu. Lily, tidak pernah ada dalam kelas ini. Kau mungkin salah.
Alan : aku
tidak salah. Kalian melihatku kan? (menatap sania dan sarah)
Sania : aku
melihatmu saat kau main gitar tadi, tapi aku tidak melihat Lily. (ungkapnya)
Alan : tapi
dia nyata-nyata bercerita denganku. Aku berbicara dengannya hari ini. (tutur
alan berusaha meyakinkan teman-temannya)
Sarah : tadi
kau memang tampak bercerita dengan seseorang, tapi yang aku dan sania lihat kau
hanya seorang diri. (jelasnya) Kami hanya berpikir kau berlatih untuk
mempersiapkan drama di teater sekolah nanti. (lanjutnya)
Alan : jadi
kalian pikir aku gila? Lily, dia bahkan merajut baju untukku.
Siswa-siswi :
(memerhatikan tingkah Alan)
[JOJO berlari
memasuki kelas]
Jojo :
Teman-teman… Lily, dia dinyatakan meninggal hari ini.
Molly : apa?
Jojo :
sebelumnya dia melakukan beberapa operasi dikepalanya, namun karena jatuhan
atap yang roboh yang keras menyebabkan tengkoraknya pecah, dan puing-puing itu
mengenai organ vital didalamnya. Ditambah lagi karena ketahanan tubuh Lily yang
lemah. Kata teman kostnya, beberapa akhir ini Lily sering kali begadang merajut
switter ini……
Alan :
(terdiam)
Jojo : untuk
Alan. (lanjutnya, memberikan switter itu pada alan) Teman kostnya juga berkata
kalau Lily mempersiapkan kejutan untuk Alan. Tapi, sepertinya kejutan apa dan
bagaimana itu tidak ada yang tahu.
Jehan :
(merangkul alan dan tidak mengatakan apapun)
SEMUA SISWA terdiam, dan meski
terkadang terdengar kata Innalillahi terucap dari salah satu siswa.
Alan : atap
yang roboh. Itu karena tingkahkukan? Aku melempar bola basket itu, dan bola
basket itu mengenai plapon, kemudian atapnya roboh. Itu benarkan?
Jehan : itu bukan
karenamu. Kayu pembentuk atap kelas ini memang sudah rapuh. (jelas jehan,
menenangkan)
Alan : tapi
jika aku tidak melempar bola waktu itu, atap ini tidak akan roboh dan mengenai
Lily. (marah pada dirinya sendiri)
Sania dan Sarah:
(berpegangan tangan, tampak air mata yang juga ingin mengalir namun tertahan
oleh kelopaknya sendiri)
Molly :
(mendekati Alan, dan membantu Jehan menenangkannya)
Jojo :
(terduduk dibangku tepat berada disamping, kemudian terdiam)
Alan : waktu
itu, seharusnya aku menolongnya, namun aku tampak bodoh dan tidak tahu apapun.
Aku berjanji untuk membuatnya tersenyum seperti kakaknya, tapi aku membuatnya
berakhir seperti kakaknya. Sebenarnya apa yang telah aku lakukan? Jehan,
sadarkan aku, apa yang telah aku lakukan? (berbalik menatap Jehan, dan menarik
tangannya)
Jehan :
(terdiam)
Alan : aku
membunuhnya, lalu aku menghancurkan hadiahku. Aku menghancurkan hadiahku. Aku
menghancurkan hadiahku. Hahh.. Inikah kejutan itu? Kejutan yang kubuat sendiri
untukku.
Jojo :
(mulai mendekati Alan, dan merasa bersalah dengan perkataannya mengenai
kejutan, sebelumnya) Tidak seperti itu. Tenanglah !
Alan :
bagaimana aku bisa tenang, ketika aku melihat kejutan yang pernah dirasakan
Lily?
(ungkap
Alan, sembari menggenggam bunga Lily yang sedari dia pegang dengan lebih keras,
dan memeluk hadiah yang telah ia rusaki.)
SEMUANYA
menatapnya dengan penuh haru.
No comments:
Post a Comment