Sunday, 21 September 2014

Sajak : Seperti Inikah



Detik-detik berlalu dengan lambat, sembari menghasilkan suara dentangan yang berirama dan teratur. Tak terasa, satu menitpun berlalu. Bagai sebuah alunan musik menghipnotis, dentangannya kadang membuat seseorang lupa diri dan tak tahu bahwa jam-jam berlalu-lalang didepan mata tanpa henti. Hingga hari-haripun ikut melambai sembari berkata GOOD BYE ! Namun kau masih tak menyadari hal itu. Duduk tersenyum sembari membalasnya dengan kata SEE YOU LATER ! dan melambaikan tanganmu kepadanya, tampak jelas bahwa kau belum menyadarinya. Hari-hari yang telah kau lewatkan itu, tak akan pernah menyapamu lagi, meski kau tetap duduk menunggunya seperti orang bodoh.
              Hingga akan ada waktu dimana kau mulai berpikir, “Mengapa aku membiarkannya pergi begitu saja? Seharusnya aku menghalanginya atau paling tidak aku menjadikannya hari yang indah.”
              Namun meski kau baru menyadarinya, dan ingin mengulanginya, kau akan tetap melangkah maju menuju ujung yang tak tampak dan akhir yang tak tertebak, bersama dengan angan-angan akan ujung yang tak kau ketahui. Kemudian kau akan berhenti untuk beristirahat, sembari melihat rute yang telah kau lewati dan berkata, ”Tak terasa, aku telah sampai disini. Aku telah melewati ini, ini dan ini. Apalagi yang akan kulewati nanti?”
              Terus menerus seperti itu, hingga ujung yang telah lama kau nanti, sekarang berada hanya beberapa kaki didepan matamu. “Itu dia.” Tuturmu dengan senyum atau tangisan, yang kemudian menghilang, bagai setetes air yang disinari panas matahari. Yang selanjutnya tak tertebak hanya oleh beberapa kalimat. Bahkan tak pernah muncul dalam angan-angan. Itulah akhir dari hidupmu. 

(18/07/2014/tulipungu)

No comments:

Post a Comment